Sabtu, 26 Februari 2011

Kritik Egoisme


Salam untuk semua,,,
Pada dasarnya aku tidak tahu harus mulai dari mana, yang kurasa hanyalah kebingungan tentang keadaan ini, yang kudengar hanyalah detak jantung dan coletahan anak-anak di luar sana...
Semua berawal dari ke-Egoisan, cemburu yang membabi buta dan sejenisnya. Hem...... lagi-lagi tentang ke-Egoisan, beberapa waktu yang lalu aku pernah menulis tentang banyaknya Ego yang muncul di dunia ini. Kini, untuk kesekian kalinya aku menjadi korban dari Ego-Ego itu. Rasanya seperti dejavu karena ke-Egoisan mampu membutakan pandangan kita. Ke-egoisan juga diartikan menempatkan diri di tengah suatu tujuan, serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain, bahkan orang yang dicintai.
Maka Tidak salah jika William Gladston mengatakan bahwa ke-Egoisan atau sikap mementingkan diri sendiri merupakan kutuk terbesar dalam diri manusia. Ia merupakan kejahatan immoral karena akan menghalangi orang yang menderita hal tersebut untuk tumbuh menjadi pribadi yang matang.
Mungkin kita akan terlalu munafik, jika berkata tidak pernah berlaku Egois. Akan tetapi seyogyanya kita harus rasional bahwa kita tetap membutuhkan orang lain untuk mendukung dan memahami hidup serta keperluan-keperluan kita. Jika kita sudah menerima maka kita juga harus bisa memberi. Seorang filosof kuno yaitu Aristoteles juga mengatakan bahwa manusia itu adalah zoon politicon atau secara umum disebut mahluk sosial, artinya manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan dari manusia lainnya. Oleh karena itu, kenapa kita harus terlalu egois, apa yang akan kita dapat, mungkin kita akan merasa bangga karena sudah merasa menang atau malah menyesal karena orang yang membutuhkan kita tidak perduli lagi akibat sikap kita yang terlalu egois.
Sikap egois yang berlebih akan membuat kita sulit untuk berlaku adil dan bijaksana. Maka, kita harus sadar bahwa kita hidup di dunia ini bukan untuk mencari kebahagian diri sendiri tapi harus berusaha memberikan kebahagian untuk orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar