Sabtu, 19 Februari 2011

imrealisme jepang


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Konflik perang mulai di Asia beberapa tahun sesudah pertikaian di Eropa. Jepang telah menginvasi Cina pada tahun 1931, jauh sebelum Perang Dunia II dimulai di Eropa. Pada 1 Maret, Jepang menunjuk Henry Pu Yi menjadi kaisar di Manchukuo, negara boneka bentukan Jepang di Manchuria. Pada 1937, perang telah dimulai ketika Jepang mengambil alih Manchuria.
Roosevelt menandatangani sebuah perintah eksekutif yang tidak diterbitkan (rahasia) pada Mei 1940 mengijinkan personel militer AS untuk mundur dari tugas, sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam operasi terselubung di Cina sebagai "American Volunteer Group" (AVG), juga dikenal sebagai Harimau Terbang Chennault. Selama periode tujuh bulan, kelompok Harimau Terbang berhasil menghancurkan sekitar 600 pesawat Jepang, menenggelamkan sejumlah kapal Jepang, dan menghentikan invasi Jepang terhadap Burma. Dengan adanya tindakan Amerika Serikat dan negara lainnya yang memotong ekspor ke Jepang, maka Jepang merencanakan serangan terhadap Pearl Harbor pada 7 Desember 1941 tanpa peringatan deklarasi perang; sehingga mengakibatkan kerusakan parah pada Armada Pasifik Amerika. Hari berikutnya, pasukan Jepang tiba di Hong Kong, yang kemudian menyebabkan menyerahnya pasukan Inggris pada Hari Natal di bulan itu.

1.2  Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1.      Bagaimanakah latar belakang imperialisme jepang ?
2.      Bagaimana Pelaksanaan imprealisme jepang ?
3.      Perang Jepang-Cina (1894-1895) ?
4.      Perang Rusia-Jepang ?
5.      Asal-mula perang Rusia-Jepang ?
6.      Bagaimana Perang Rusia-Jepang tahun 1904 ?
1.3  Tujuan Penulisan
Setelah mempelajari makalah ini, diharapkan dapat mengetahui dan menjelaskan tentang imperialisme Jepang, latar belakang imperialisme Jepang, pelaksanaan imprealisme Jepang, perang Jepang-Cina (1894-1895), perang Rusia-Jepang, asal-mula perang Rusia-Jepang, serta perang Rusia-Jepang tahun 1904
.

BAB II
PEMBAHASAN

Latar Belakang Imperialisme Jepang
            Pada abad ke-18 jauh sebelum Restorasi Meiji Jepang dianggap sebagai Negara yang lemah, terbelakang dan selalu mengadopsi kebudayaan cina. Kebudayaan cina yang diadopsi meliputi tulisan dan huruf Cina (kanji), ilmu konfusius, kalender, teknik irigasi dan agama Budha sejak abad ke-5 mempunyai pengaruh mendalam pada masyarakat Jepang. Kebudayaan Cina itu kemudian disesuaikan dengan kebutuhan Jepang sendiri.
            Jepang sebagai Negara lemah dan terbelakang, saat itu merupakan mangsa yang baik bagi Negara-negara Imperialisme barat. Akan tetapi setelah restorasi dalam segala bidang berhasil pada abad ke-19, ternyat amemberikan nilai positif bagi bangsa dan Negara jepang. Bangsa jepang terangkat kepuncak keunggulannya menjadi Negara kuat dan modern sejajar dengan Negara-negara barat.
            Pada abad ke-19, jepang mengadakan restorasi hampir dalam segala bidang, seperti dalam bidang politik, perekonomian, pendidikan, kemiliteran yang meniru dunia barat. Pembaharuan dalamsegala bidang tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Di Bidang Pemerintahan
Pada tanggal 6 April 1988 Tenno  mengumumkan janjinya yang terkenal dengan Piagam Sumpah (Charter-Oath), yang berisi :
a.       Dibentuk dewan-dewan permusyawaratan dan peraturan-peraturan pemerintah sesuai dengan pendapat umum.
b.      Semua golongan dalam masyarakat, tinggi dan rendah akan bersatu dalam melaksanakan program pemerintah dengan sekuat tenaga.
c.       Semua pegewai sipil dan militer serta semua rakyat akan diperkenankan sejauh mungkin melaksanakan keinginan, sehingga tidak ada yang merasa kecewa.
d.      Kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai dengan semangat pembaharuan akan dihilangkan
e.       Pengetahuan akan dicari dari segala pelosok dunia untuk meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat.
Dokumen diatas merupakan awal dari modernisasi Jepang dan merupakan dasar pembaharuan Jepang yang meliputi berbagai aspek kehidupan. Dibidang pemerintahan , pertama-tama diletakkan dasar-dasar sentralisasi dan univikasi. Modernisasi pemerintahan berdasarkan pada dua tuntutan utama yaitu mengadakan konsentrasi kekuasaan dan pelaksanaan Charter Oatch. Badan-badan penasehat raja yang terdiri atas Majelis agung (Sosai), Gijo (Dewan Penasehat kelas satu) dan Sanyo (dewan penasehat kelas dua), disebut dalam suatu wadah yang disebut Daijo-kwan yang meliputi dua bagian yakni dewan Negara dan dewan perwakilan Feodal. Pada tanggal 26 November 1868 ibukota dipindahkan ke Yedo kemudian bernama Tokyo.
      Feodalisme dalam arti adanya kekuasaan dan hak-hak istimewa dari para daimyo dihapuskan. Para daimyo menyerahkan daerah-daerah kekuasaannya kepada Tenno, selanjutnya mereka diangkat menjadi gubernur sehingga dapat dipersatukan menjadi satu kekuasaan yang tangguh.
      Pada tahun 1883, Ito Hirobumi berhasil menusun Undang-Undang Dasar. Undang-undang dasar tersebut disusun mencontoh Jerman pada masa Bismark dan diumumkam berlakunya sejak tahun 1889. Kedudukan Tenno sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahan sangat kuat, semua undang-undang harus disetujui dan diumumkan oleh Tenno. Tenno dapat memerintah parlemen bersidang dan membubarkannya, kekuasaan Tenno adalah mutlak. Pemerintahan sesungguhnya ada ditangan Oligharki. Para pemimpin yang turut serta dalam proses restorasi, mengangkat kedudukan Tenno sebagai manusia-dewa. Dengan demikian mereka dapat bertindak atas nama Tenno, sehingga kekuasaan mereka terhadap rakyat sangat besar. Kepada rakyat ditanamkan semangat pengabdian dan kesetiaan mutlak kepada Tenno. Pemupukan semangat diperkuat dengan dasar moralitas berlandaskan agam Shinto sebagai aagama Negara.
      Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemerintahan demokrasi tidak tidak dikenal dalam system pemerintahan Jepang sebelum Perang Dunia II. Modernisasi pemerintahan tidak diartikan sebagai demokrasi pemerintahan. Ito Hirobumi sebagai bapak Undang-Undang Dasar di Jepang adalah organisator pemerintahan sipil, tetapi ia bukan pelopor pemerintahan demokrasi.  
2.      Di Bidang Militer
Demi kepentingan pertahanan, diberlakuakan wajib militer melalui undang-undang pada tahun 1872. Wajib militer secara resmi dilaksanakan sejak tahun 1873. Semua lapisan masyarakat Jepang diwajibkan ikut tanpa memandang kelas. Warga yang dikenakan wajib militer adalh warga yang berumur 21 tahun dengan waktu 7 sampai 3 tahun dengan tugas aktif, 2 tahun sebagai tugas cadangan dan 2 tahun lagi sebagaitugas cadangan kedua. Pakaiannya meniru barat, perlengkapannya dibeli dari barat dan tentara ini menjadi tentara nasional. Untuk membangun strategi yang baik maka diadakan perombakan dalam tubuh militer, yaitu pembentukan angkatan darat menurut model Jerman kemudian angkatan laut menurut model Inggris. Kemiliteran di Jepang dikuasai oleh dua keluarga yakni angkatan darat dikuasai oleh Negara Chosun dan angkatan laut dikuasai oleh keluarga Satsuna.
Kemajuan dalam bidang militer sangat menkjubkan karena Jepang dapat mengalahkan Negara-negara yang lebih besar seperti Cina dan Rusia. Disamping itu hasil yang diperoleh dari pembangunan militer ternyata mampu menjadi kekuatan mayoritas di Jepang. Dominasi militer di Jepang sangat besar, lewat kekuatan angkatan perang mereka mampu menguasai pembentukan cabinet. Keadaan seperti ini semakin mantap setelah mendapat restu dari Tenno. Dengan restu inilah maka golongan militer mempunya kekuasaan yang dictator dalam pemerintahan.
Dewan militer yang duduk dalam pemerintahan inilah yang nantinya mempunyai kekuasaan terbesar dalam pemerintahan Jepang. Kebijaksanaan yang dikeluarkan harus mendapatkan izin dari dewan ini. Golongan militer yang duduk dalam pemerintahan sering disebut dengan istilah Gunbatsu.
3.      Di Bidang Perindustrian Modern
Pembaharuan di Jepang didorong juga oleh kesadaran bahwa pembangunan ekonomi adalah penting. Oleh sebab itu perlu diletakkan dasar-dasar perindustrian modern. Karena kekurangan modal maka berbagai perindustrian dikelola oleh Negara. Pada tahun 1872 didirikan bank-bank nasional mencontoh Amerika Serikat. Pada tahun 1882 didirikan bank sentral, kemudian menyusul pendirian bank-bank industry, bank tabungan, bank-bank pinjaman tani, sementara itu bank-bank asing juga malaksanakan peranan penting.
Dipelopori oleh pemerintah, menjelang tahun 1890 tampak kemajuan besar di bidang perindustrian, perdagangan dan pelayaran dari usaha swasta. Beberapa golongan swasta muncul memegang monopoli dalam perusahaan bank, perindustrian dan perdagangan. Mereka disebut golongan Zaibatsu, diantaranya yang terkenal adalah keluarga Mitsui dan Mitsubishi.
Berbagai industry berat dibangun dengan menerapkan ilmu dan teknologi barat. Kaum industrialis Jepang tidak perlu khawatir terhadap kemungkinan terjadinya pemogokan kaum buruh, semangat pengabdian terhadap Negara yang tinggi diwujudkan dalam semangat kerja yang sungguh-sungguh dari rakyat Jepang. Oleh karena itu tidaklah heran, jika dalam waktu yang relative singkat kemajuan Jepang dibidang peindustruan di Jepang sangat menakjubkan. 
4.      Di Bidang Pendidikan
Pendidikan memegang peranan penting dalam proses pembaharuan di Jepang. Pendidikan dan pengajaran dijadikan alat utama untuk menanamkan kesetiaan pada Tenno. Pada tahun 1872 pemerintah mengeluarkan undang-undang dan peraturan –peraturan lain sebagai berikut : (1) wajib belajar bagi anak-anakyang telah berumur 6 tahun; (2) bagi anak –anak yang berumur antara 6-14 tahun dibebaskan dari uang sekolah selama 4 tahun; (3) pendidikan bersifat militeristis di asrama maupun sekolah; (4) seluruh Negara dibagi dalam 8 daerah pendidikan/akademik yang terdiri dari 4 universitas dalam tiap provinsi, masing-masing dibagi dalam 32 distrik sekolah menengah dan 210 sekolah dasar;  (5) pengiriman pemuda-pemuda Jepang keluar negeri; (6) sekolah-sekolah diperluas baik negeri maupun swasta.
Pada tahun 1890 dikelurkan Dekrit Tenno mengenai pengajaran yang lebih luas. Pendidikan di sekolah dijadikan system penanaman dan pemantapan moralitas bangsa berdasarkan kesetiaan mutlak kepada Tenno dan kepercayaan penuh kepada apa yang disabdakan dan dikehendaki oleh Tenno. Ahli-ahli dari berbagai bidang ilmu pengetahuan didatangkan dai Erop[a dan Amerika. Perhatian pemerintahan kepada pendidikan sangat luar biasa, Jepang benar-benar bertekad meraih ilmu dan teknologi Barat, bahkan ingin mengatasi keterbelakangannya. Hal ini membawa Jepang kepada taraf pendidikan yang tinggi dan dengan cepat Jepang mampu menandingi barat dalam berbagai hal. Jepang menjadi Negara modern ala Barat pertama di Asia.
Berkat kemampuannya mengambil alih taraf kemajuan ilmu dan dan teknologi Barat, bangsa Jepang terhindar dari arus imperialisme barat seperti dialami Negara Asia lainnya. Tekanan pembaharuan dipusatkan secara radikal terhadap pembaharuan kemiliteran, politik dan pendidikan dengan dasar “Yamayo Damashii”
Pengakuan kedudukan sederajat dengan bangsa-bangsa barat memerlukan waktu yang lama bagi Jepang. Pada tahun 1894, Inggris mempelopori pengakuan sederajat itu. Justru hal ini membangkitkan semangat patriotic bangsa Jepang untuk lebih meningkatkan kemampuan mereka di bidang teknik, militer, ekonomi, politik danm ilmu pengetahuan.
Beberapa hal yang dipelajari Jepang dari dunia Barat, teknologi mempunyai peran uang paling menonjol. Setelah Jepang mempelajari segala  bidang dari bangsa Barat kemudian jiga mempelajari pengetahuan “aggresi militer” dan imperialisme dari bangsa Barat. Jepang inin seperti bangsa Barat yang mencari jajahan unutk kemajuan bangsanya sendiri. Apalagi setelah Jepang mengalami kemajuan dalam bidang teknologi kemiliteran. Sebelumnya orang Jepang tidak mempunyai pengetahuan praktis tentang aggresi militer dan imperialism atau pejajahan.  

Pelaksanaan imprealisme jepang
Jepang menunjukkan sifat imprealismenya dengan cara menduduki semua wilayah yang diami oleh orang jepang, atau wilayah yang sewajarnya termasuk ke dalam gugusan kepulauan jepang. Mereka beranggapan bahwa kepulauan Ryukyu, pulau Bonin, Karafuto, dan Hokaido adalah hak jepang, bahkan Korea seharusnya diperlakukan sebagai Negara taklukan. (latourette, 1951:122:123) pulau-pulau itu sudah dapat dikuasai pada tahun 1891. setelah berhasil menguasai pulau tersebut jepang kemudian ingin menguasai Korea. Untuk merealisasikan keinginannya itu jepang terlibat perang dengan cina (1894-1895) dan Rusia (1904-1905) yang sama-sama mempunyai kepentingan dengan Korea dan Manchuria Jepang Juga terlibat dalam PD I dan PD II.

Perang jepang-cina (1894-1895)
Daerah Korea adalah daerah yang sangat subur sehingga menjadi rebutan bagi Negara-negara imprealis. Korea merupakan  jalan yang terbaik atau sebagai batu loncatan untuk Manchuria dan Negara cina serta daratan asia lainnya. Korea juga banyak mengandung bahan mentah seperti mineral, batu bara, besi, emas, tembaga, wolfram dan perak. Secara umum korea banyak mengandung bahan-bahan yang penting bagi kepentingan industri (Agung, 1992:42).
Timbulnya perang jepang-cina ini karena adanya pertikaian antara jepang dan cina dalam perang ini kerena rusia juga mempunyai kepentingan dlam politik air hangatnya yaitu mencari daerah bebas dari es. Rusia menganggap cina harus dihancurkan karena telah merampas kemerdekaan korea. Bagi jepang korea sangat penting untuk dijadikan tempat pemindahan sebagian penduduk jepang. Jepang juga mengincar korea karena banyak mengandung bahan mentah untuk industrinya dan sekaligus modal yang surplus. Bagi cina, korea adalah daerah vasalnya yang harus dipertahankan dengan cara apapun walaupun dengan peperangan.
Perhatian jepang terhadap korea ini timbul setelah jepang berhasil dalam retorasi meiji pada tahun 1868. sebelumnya jepang mengadakan ekspansi ke korea dan cina pada akhir abad ke-16 di bawah pemimpin Toyoni Hidoyoshi tapi gagal.
Pemerintah Chosun (Korea) menyiapkan langkah awal untuk mewujudkan kebijakan pintu terbuka karena sebelumnya Korea melaksanakan kebijaksanaan pintu tertutup. Sebelum dilaksanakan jepang terlebih dahulu menyerbu pulau Kanghwa, mendesak pembukaan Chosun (anonym 1995:147). Akhirnya chosun mencapai perjanjian jalinan hubungan diplomatic dengan jepang tahun 1876, sesuai dengan perjanjian ini kerajaan chosun membuka tiga buah pelabuhan termasuk Busan, mengijinkan pembangunan perumahan bagi masyarakat jepang setempat, membebasan kegiatan transaksi dagang oleh orang jepang. Membolehkan  hak yudikatif konsuler jepang terhadap tindak criminal orang jepang.
Sejak persetujuan kanghwa 1878 jepang berusaha untuk memperbesar pengaruhnya di korea untuk mengimbangi pengaruh cina di Korea. Jepang melakukan perjanjian tak seimbang dengan pemerintahan chosun yang menjadi landasan bagi jepang untuk melancarkan invasi secara politis dan ekonomis terhadap kerajaan chosun, sehingga mempunyai pengaruh besara di korea.  Pada tahun 1881 di korea terjadi bencana kelaparan. Bencana kelaparan ini disebabkan oleh faksi noron yang memegang kekuatan  politik sehingga menimbulkan kehancuran kedisiplinan dan kesengsaraan luar biasa dalam kehidupan pertanian. Keadaan ini dimanfaatkan oleh tai wuikun lawan politik permaisuri yang anti pengaruh asing untuk menertibkan kekacauan sebagai dalih untuk merebut kekuasaan dari tangan  permaisuri. Selain itu ada pemberontakan  di daerah-daerah di bawah pimpinan kaum bangsawan seperti pemberontakan Hong Kyongrae dan jinju.
Pada tahun 1882 di korea terjadi pemberontakan militer Imo yang menyerbu istana dan delegasi jepang, permaisuri selamat tetapi beberapa orang terbunuh dalam kekacauan ini termasuk birokrat yang berasal dari keluarga  Min. akibat penyerangan ini beberapa pegawai kedutaan jepang terbunuh. Jepang menuntut agar pembunuhan itu dihukum dan meminta ganti rugi 400.000 yen dan hak istimewa bagi jepang sehingga terjadi perjanjian  Chemulpo tanggal 30 Agustus 1882 yang isinya.
  1. jepang mendapatkan hak menempatkan tentaranya di korea untuk menjaga delegasinya di korea.
  2. cina juga diberi hak menempatkan tentaranya di ibu kota korea.
Adanya tentara jepang di korea membuat cina khawatir, pemerintahan cina mengirimkan Yuan Shih-Kai ke korea untuk menghapuskan pengaruh jepang di Korea. Sesudah peristiwa pemberontakan tahun 1882, peritkaian antara jepang dengan cina semakin buruk ketika pemerintahan korea menginginkan adanya perubahan dan pembaharuan. Perubahan dan pembaharuan ini tidak mungkin tercapai selama cina masih ada di Korea. Pemerintah Korea lalu minta bantuan pada jepang untuk mengusir pasukan cina dari korea. Pertikaian ini semakin buruk ketika seorang progresif korea yang menghendaki perubahan dan pembaharuan dibunuh dan jepang menganggap ini adalah perbuatan cina. Adanya pembunuhan ini mengakibatkan pemerintah korea merasa terhina oleh cina sehingga mengakibatkan terjadinya pemberontakan pada akhir bulan Mei 1894.
Pemberontakan tersebut terkenal dengan pemberontakan Tonghak (Eastern Learning Society) yang berasal dari sekte relegius yang mempunyai program anti asing, anti Kristin dan anti jepang. Pemberontakan Tonghak merpakan peperangan antara kaum/golongan konservatif melawan golongan progresif. Golongan konservatif disebut golongan tonghak. Kaum tonghak minta bantuan kepada cina sedangkan golongan progresif dibantu oleh japang. Dengan alasan tersebut maka cina maupun jepang mengirimkan pasukannya ke korea, sesuai dengan artikel ketiga dari perjajian Li Hung Chang-Ito Hirobumi tahun 1885 yang menyebutkan apabila di Korea terjadi pemberontakan maka pengiriman tentara olah salah satu pihak harus berkonsentrasi lebih dahulu dengan pihak yang lain.
Perang China-Jepang Pertama (1 Agustus 1894-17 April 1895) adalah sebuah perang antara Dinasti Qing China dan Meiji Jepang dalam perebutan kendali atas Korea. Perang China -Jepang merupakan simbol kemerosotan Dinasti Qing dan juga menunjukkan kesuksesan modernisasi Jepang sejak Restorasi Meiji dibandingkan dengan Gerakan Penguatan Diri di China.
Peperangan ini berakhir dengan kekalahan Dinasti Qing dan penandatanganan Perjanjian Shimonoseki pada tahun 1895 yang berakibat pada ganti rugi 30 milyar tael kepada Jepang. Pengaruh selanjutnya dari perang ini adalah pergantian dominansi regional Asia dari China kepada Jepang dan merupakan pukulan telak untuk Dinasti Qing dan tradisi China kuno.
Pada tahun 1915, Jepang mengeluarkan Dua Puluh Satu Tuntutan terhadap China untuk menambah kepentingan dalam bidang politik dan perdagangan dengan China. Setelah Perang Dunia I, Jepang merebut kekuasaan daerah Shandong dari Jerman. China di bawah pemerintahan Beiyang tetap terpecah-belah dan tidak mampu untuk melawan serbuan asing sampai Ekspedisi Utara tahun 1926-1928, yang dilancarkan oleh Kuomintang (KMT, atau Partai Nasionalis China), pemerintahan saingan yang berpusat di Guangzhou. Ekspedisi Utara meluas ke seluruh China hingga akhirnya terhenti di Shandong. Pemimpin militer Beiyang, Zhang Zongchang yang didukung Jepang berusaha menghentikan gerak maju Pasukan Kuomintang dalam menyatukan China. Situasi ini mencapai puncaknya ketika pasukan Kuomintang dan Jepang terlibat dalam pertempuran yang disebut Insiden Jinan tahun 1928. Pada tahun yang sama, pemimpin militer Manchuria, Zhang Zuolin juga dibunuh karena ia tidak lagi mau bekerjasama dengan Jepang. Setelah insiden-insiden ini, pemerintah Kuomintang di bawah pimpinan Chiang Kai-shek akhirnya berhasil menyatukan China pada tahun 1928.
Walaupun demikian, sejumlah pertempuran antara China dan Jepang terus berlanjut karena meningkatnya nasionalisme China, dan untuk memenuhi salah satu tujuan dari Tiga Prinsip Rakyat, yaitu untuk mengeluarkan China dari imperialisme asing. Bagaimanapun, Ekspedisi Utara hanya mampu menyatukan China secara nama saja, dan perang saudara pecah di antara para mantan pemimpin militer dan faksi saingan, Kuomintang. Sebagai tambahan lagi, para komunis China memberontak terhadap pemerintah pusat setelah melakukan pembersihan terhadap anggotanya. Karena situasi-situasi demikian, pemerintahan pusat China mengalihkan banyak perhatian pada perang-perang saudara dan mengikuti kebijakan "pendamaian internal didahulukan sebelum melawan pihak asing". Situasi ini memberikan kesempatan yang mudah bagi Jepang untuk melanjutkan agresinya. Pada tahun 1931, Jepang menginvasi Manchuria segera setelah Insiden Mukden. Setelah bertempur selama lima bulan, pada tahun 1932, negara boneka Manchukuo dibentuk dengan raja terakhir China, Puyi, diangkat sebagai kepala negara. Tidak bisa menantang Jepang secara langsung, China meminta bantuan kepada Liga Bangsa. Investigasi liga ini menerbitkan Laporan Lytton, yang mengutuk Jepang karena telah menyerang Manchuria, dan mengakibatkan Jepang mengundurkan diri dari Liga Bangsa. Sejak akhir tahun 1920-an dan selama tahun 1930-an, ketenangan adalah dasar dari komunitas internasional dan tidak ada satu negara pun yang ingin menunjukkan pendirian secara aktif, melainkan hanya mengeluarkan kecaman-kecaman kecil. Jepang menganggap Manchuria sebagai sebuah sumber bahan baku yang tidak terbatas dan juga sebagai sebuah negara penyangga terhadap ancaman Uni Soviet.
Konflik yang terjadi menyusul Insiden Mukden tidak terhenti. Pada tahun 1932, tentara China dan Jepang bertempur dalam sebuah pertempuran singkat pada Insiden 28 Januari di Shanghai. Pertempuran ini menghasilkan demiliterisasi Shanghai, yang melarang China untuk menempatkan tentara di kota mereka sendiri. Di Manchukuo, terdapat sebuah kampanye yang sedang berlangsung untuk mengalahkan tentara sukarelawan yang bangkit karena kekecewaan terhadap kebijakan yang tidak menentang Jepang. Pada tahun 1933, Jepang menyerang wilayah Tembok Besar, dan setelah itu, Gencatan Senjata Tanggu ditandatangani, yang memberi Jepang kendali atas provinsi Rehe dan sebuah zona demiliterisasi antara Tembok Besar dan wilayah Beiping-Tianjin. Jepang bertujuan untuk membuat wilayah penyangga yang lain, kali ini antara Manchukuo dan pemerintah Nasionalis China yang saat itu beribukota di Nanjing.
Selain itu, Jepang semakin memperalat konflik internal antara faksi-faksi China untuk mengurangi kekuatan mereka satu demi satu. Hal ini disebabkan karena fakta bahwa beberapa tahun setelah Ekspedisi Utara, kekuatan politik pemerintah Nasionalis hanya meluas di sekitar Delta Sungai Panjang (Yangtze), dan wilayah lain China yang memang berada dalam kekuatan regional. Jepang sering membeli atau membuat hubungan khusus dengan kekuatan-kekuatan regional ini untuk merusak usaha pemerintah Nasionalis pusat untuk menyatukan China. Untuk itu, Jepang mencari berbagai pengkhianat China untuk bekerjasama dan membantu mereka memimpin beberapa pemerintahan otonomi yang bersahabat dengan Jepang. Kebijakan ini disebut Pengkhususan China Utara (bahasa Tionghoa: 華北特殊化pinyin: húaběitèshūhùa), atau yang lebih sering diketahui sebagai Gerakan Otonomi China Utara. Provinsi bagian utara yang terlibat dalam kebijakan ini adalah Chahar, Suiyuan, Hebei, Shanxi, dan Shandong.
Pada tahun 1935, di bawah tekanan Jepang, China menandatangani Perjanjian He-Umezu, yang melarang KMT untuk menjalankan kegiatan partainya di Hebei dan secara langsung mengakhiri kekuasaan China atas China Utara. Pada tahun yang sama, Perjanjian Chin-Doihara ditandatangani dan mengakibatkan KMT disingkirkan dari Chahar. Dengan demikian, pada akhir 1935, pemerintahan pusat China telah disingkirkan dari China Utara. Sebagai gantinya, Majelis Otonomi Hebei Timur dan Majelis Politik Hebei-Chahar dibentuk oleh Jepang.

Perang Rusia-Jepang
Perang Rusia-Jepang (10 Februari 19045 September 1905) adalah konflik yang sangat berdarah yang tumbuh dari persaingan antara ambisi imperialis Rusia dan Jepang di Manchuria dan Korea. Peperangan ini utamanya terjadi karena perebutan kota Port Arthur dan Jazirah Liaodong, ditambah dengan jalur rel dari pelabuhan tersebut ke Harbin.
·        Asal-mula perang
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, berbagai negara Barat bersaingan memperebutkan pengaruh, perdagangan dan wilayah di Asia Timur sementara Jepang berjuang untuk menjadi sebuah negara modern yang besar. Lokasi Jepang mendorongnya untuk memusatkan perhatian pada Dinasti Choson Korea dan Dinasti Qing di Tiongkok utara, sehingga membuat negara itu bersaingan dengan tetangganya, Rusia. Upaya Jepang untuk menduduki Korea menyebabkan pecahnya Perang Tiongkok-Jepang.
Manchuria Raya, Manchuria Rusia (di bagian luar) adalah wilayah di kanan atas dengan warna merah muda; Jazirah Liaodong adalah bagian yang menjorok ke Laut Kuning. Kekalahan yang dialami Jepang dalam perang itu menyebabkan ditandatanganinya Perjanjian Shimonoseki (17 April 1895). Dengan perjanjian itu Tiongkok melepaskan klaimnya atas Korea, dan menyerahkan Taiwan dan Lüshunkou (sering disebut Port Arthur). Namun, tiga kekuatan Barat (Rusia, Kekaisaran Jerman dan Republik Ketiga Prancis ) melalui Intervensi Tiga Negara pada 23 April 1895 menekan Jepang untuk menyerahkan Port Arthur, dan belakangan Rusia (tahun 1898) merundingkan penyewaan pangkalan Angkatan Laut selama 25 tahun dengan Tiongkok. Sementara itu, pasukan-pasukan Rusia menduduki sebagian besar wilayah Manchuria dan Rusia maupun Jepang berusaha mengambil alih Korea.
Setelah gagal mendapatkan perjanjian yang menguntungkannya dengan Rusia, Jepang mengirimkan sebuah ultimatum pada 31 Desember 1903, memutuskan hubungan diplomatik pada 6 Februari, dan mulai menyerang dua hari kemudian. Kedua pihak mengeluarkan pernyataan perang pada 10 Februari. Di bawah hukum internasional, serangan Jepang tidak dapat dianggap sebagai serangan tersembunyi, karena ultimatum telah dikeluarkan. Namun demikian, setelah serangan Pearl Harbor, seringkali dikatakan bahwa ini adalah salah satu contoh betapa Jepang suka melakukan serangan mendadak.
·        Perang tahun 1904
Port Arthur, di Jazirah Liaodong di selatan Manchuria, telah diperkuat Rusia hingga menjadi sebuah pangkalan Angkatan Laut besar. Jepang membutuhkan kekuasaan laut untuk berperang di daratan Asia, karena itu tujuan militer pertama mereka adalah menetralkan armada Rusia di Port Arthur. Pada 8 Februari malam, armada Jepang di bawah pimpinan Admiral Heihachiro Togo memulai peperangan dengan sebuah serangan torpedo mendadak pada kapal-kapal Rusia di Port Arthur, sehingga membuat dua kapal perang Rusia rusak parah. Serangan-serangan itu berkembang menjadi Pertempuran Port Arthur esok paginya. Serangkaian pertempuran laut yang tidak memberikan hasil yang menentukan pun terjadi. Pada kesempatan itu, Jepang tidak berhasil menyerang Rusia dengan menggunakan meriam-meriam darat dari pelabuhan, dan armada Rusia menolak untuk meninggalkan pelabuhan itu dan pergi ke laut terbuka, khususnya setelah kematian Admiral Stepan Osipovich Makarov pada 13 April. Pertempuran-pertempuran ini memberikan perlindungan bagi sebuah pasukan Jepang untuk mendarat dekat Incheon di Korea, dan dari sana mereka menduduki Seoul dan berikutnya seluruh Korea. Pada akhir April, tentara Jepang di bawah Kuroki Itei bersiap-siap menyeberangi sungai Yalu ke Manchuria yang saat itu diduduki Rusia.
Sebagai jawaban terhadap strategi Jepang yang memberikan kemenangan cepat untuk menguasai Manchuria, Rusia melakukan tindakan-tindakan penghalang untuk memperoleh cukup waktu untuk menunggu tibanya pasukan-pasukan tambahan yang datang melalui jalan kereta api Trans-Siberia yang panjang. Pada 1 Mei, pecahlah Pertempuran Sungai Yalu. Dalam pertempuran ini pasukan-pasukan Jepang menyerang sebuah posisi Rusia setelah mereka menyeberangi sungai itu tanpa menghadapi perlawanan. Ini adalah sebuah pertempuran besar pertama dari perang ini di daratan. Pasukan-pasukan Jepang bergerak maju dan mendarat di beberapa titik di pantai Manchuria, serta melakukan sejumlah pertempuran hingga memukul balik pasukan-pasukan Rusia ke Port Arthur. Pertempuran-pertempuran ini, termasuk Pertempuran Nanshan pada 25 Mei, ditandai oleh kekalahan besar Jepang dalam penyerangan kepada sejumlah posisi kuat Rusia, tetapi tentara Rusia tetap bersikap pasif dan tidak melakukan serangan balasan. Di laut, perang ini sama brutalnya. Setelah penyerangan pada 8 Februari terhadap Port Arthur, pasukan Jepang berusaha mencegah pasukan Rusia menggunakan pelabuhan itu.

Daftar pertempuran
*       1904 Pertempuran Port Arthur, 8 Februari: [pertempuran laut] Tanpa keputusan
*       1904 Pertempuran Teluk Chemulpo, 9 Februari: [ertempuran laut] Jepang mengalahkan Rusia
*       1904 Pertempuran Sungai Yalu, 30 April sampai 1 Mei: Jepang mengalahkan Rusia
*       1904 Pertempuran Dairen, 30 Mei: Jepang mengalahkan Rusia
*       1904 Pertempuran Laut Kuning, 10 Agustus: [pertempuran laut] Jepang mengalahkan Rusia
*       1904 Pertempuran Laut Jepang, 14 Agustus: [pertempuran laut] Jepang mengalahkan Rusia
*       1904-1905 Pengepungan Port Arthur, 19 Agustus sampai 2 Januari: Jepang mengalahkan Rusia
*       1904 Pertempuran Liaoyang, 25 Agustus sampai 3 September: Jepang mengalahkan Rusia
*       1904 Pertempuran Sungai Sha-ho, 5 Oktober sampai 17 Oktober: Tanpa keputusan
*       1905 Pertempuran Sandepu, 26 Januari sampai 27 Januari: Tanpa keputusan
*       1905 Pertempuran Mukden, 21 Februari sampai 10 Maret: Jepang mengalahkan Rusia
*       1905 Pertempuran Tsushima, 27 Mei sampai 28 Mei [pertempuran laut]: Jepang mengalahkan Rusia
Perang ini menandai bangkitnya kekuatan Aisa menandingi kekuatan Barat yang berkuasa di Tiongkok saat itu. Kemenangan ini membuat kekuatan Barat harus memperhitungkan Jepang dalam urusan politik di Asia. Selain itu, kemenangan ini memicu kebangkitan nasional di negara-negara Asia lainnya yang sedang terjajah oleh negara Eropa.








BAB III
SIMPULAN
Dalam bahasa China, perang ini dikenal sebagai Perang Perlawanan terhadap Jepang, dan juga dikenal sebagai Perang Perlawanan Delapan Tahun, atau lebih singkat Perang Perlawanan. Di Jepang, Perang Jepang-China lebih banyak digunakan karena netralitasnya.
Kata insiden digunakan oleh Jepang karena tidak ada negara yang mendeklarasikan perang satu sama lain. Jepang berusaha menghindari campur tangan dari negara lain seperti Inggris dan Amerika Serikat, yang merupakan pengekspor utama besi untuk Jepang. Presiden Amerika Serikat, Roosevelt akan menjatuhkan embargo berdasarkan serangkaian undang-undang yang disebut Akta Netralitas jika pertempuran tersebut disebut perang.
Dalam propaganda Jepang, penyerbuan terhadap China merupakan perang suci (seisen), langkah pertama dari slogan Hakko ichiu (delapan sudut dunia di bawah satu atap). Pada tahun 1940, perdana menteri Konoe membentuk Liga Anggota Parlemen yang Percaya Tujuan Perang Suci. Ketika kedua belah pihak secara resmi mendeklarasikan perang pada Desember 1941, namanya diubah menjadi Perang Asia Timur Raya.
Pada waktu itu, pemerintah Jepang masih menggunakan istilah "Insiden Shina" dalam dokumen resmi. Berdasarkan alasan penggunaan kata "Shina" dianggap menghina oleh China, media Jepang sering menggantinya dengan istilah-istilah lain yang juga pernah digunakan media tahun 1930-an, seperti: Insiden Jepang-China.








DAFTAR PUSTAKA

Mattulada. 1979 Pedang dan Sempoa : Suatu Analisa Cultural Perasaan Kepribadian Orang Jepang. Jakarta : Departemen Kependidikan dan Kebudayaan

Pyle, Kenneth. 1988 Generasi Baru Zaman Meiji : Pergolakan Mencari Identitas Nasional. Jakarta : Pt. Gramedia







2 komentar:

  1. sangat menarik sekali, maaf saya izin mengcopy paste makalah anda untuk di perlihatkan kepada murid-murid saya

    BalasHapus
  2. terimkasih makalah anda membantu saya dalam memahami imperialisme jepang, ijin menyimak dan mengambil beberapa sebagai bahan pembelajaran saya

    BalasHapus